Tips Sukses Wanita Karir


Pada abad 21 ini semakin banyak wanita yang berkarir di luar rumah. Dari pengalaman sebagai assessor saat wawancara dengan calon staf yang mau masuk ke perusahaan, hasil seleksi pendahuluan melalui lembaga konsultan, menunjukkan bahwa jumlah wanita yang berhasil lulus seleksi lebih banyak dibanding dengan pria. Tulisan di bawah ini akan mencoba membahas bagaimana agar wanita pekerja, yang juga seorang ibu, antara karir dan keberhasilan membina rumah tangga dapat sejalan. Keberhasilan yang dimaksud disini, adalah karir ibu tetap meningkat, demikian juga karir ayah, sedang anak-anak sekolahnya juga berhasil.

a. Pembagian wewenang dan tanggung jawab
Bila ibu berkarir di luar rumah, tak perlu menjadi super woman dan semua tugas kantor maupun tugas rumah tangga dilakukan sendiri. Buatlah daftar, apa yang bisa didelegasikan kepada asisten (atau bisa juga keluarga/sepupu yang ikut tinggal di rumah), dan tak perlu segan meminta bantuan pada suami. Pada dasarnya tugas rumah tangga merupakan tanggung jawab bersama suami isteri dan bukan hanya tanggung jawab isteri.
Catatlah perkembangan dan kebiasaan anak pada buku tersendiri, terutama anak balita, agar bila anak mendadak sakit dan ibu tidak ada di rumah, suami/asisten dapat membawa anak ke dokter dan telah ada catatan mengenai perkembangan anak, disertai obat apa saja yang selama ini membuat anak tak cocok. Bila akan meninggalkan anak karena tugas keluar kota, pesan-pesan yang terkait dengan kebutuhan anak semua dalam bentuk tertulis, baik makanan, vitamin yang harus diberikan, maupun apa yang dilakukan jika anak mendadak sakit.
Buat panduan darurat, siapa yang harus dihubungi jika anak sakit. Saat anak-anak masih kecil, kebetulan kompleks perumahan saya dekat Puskesmas, serta dokter Puskesmas adalah isteri sahabat suami saya. Anak-anak sudah terlatih pergi ke Puskesmas hanya diantar oleh mbak nya. Jika dua hari panas belum turun, baru dibawa ke dokter anak, yang hanya berjarak 3 km dari rumah. Pada dokter anak, kami sudah pesan bahwa sewaktu-waktu ibu harus tugas keluar kota, jadi dokter tidak masalah siapapun yang membawa anak kami ke dokter. Bahkan sering terjadi, suami yang membawa anak kami ke dokter, dan pertanyaannya ” Kali ini mama pergi kemana?”
Pada saat anak kami masih balita, suami kebetulan ditugaskan di Ditjen Dikti Jakarta, sehingga saya dapat tenang meninggalkan rumah. Sejalan dengan perkembangan karirnya, suami lebih banyak bertugas di Bandung. Anak-anak terbiasa ke Puskesmas sendiri saat istirahat sekolah, dan biasanya didahulukan oleh petugas Puskesmas, karena anak kami tidak ingin ketinggalan pelajaran.

b. Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan dapat disesuaikan dengan kesepakatan bersama. Ada beberapa opsi yang dipilih : 1) Gaji suami isteri dikumpulkan, baru nanti di bagi sesuai keperluan. 2) Masing-masing suami isteri tetap bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan masing-masing, dan sisanya di masukkan rekening Bank.
Manapun yang dipilih, tidak ada masalah sepanjang sesuai kesepakatan bersama. Namun sebaiknya pembelian barang-barang yang nilainya cukup besar, dan menghias ruangan, harus ada kesepakatan bersama. Jangan sampai suami/isteri membeli meja kursi tamu, ternyata pasangan kita seleranya tak sesuai dengan barang yang dibeli. Demikian juga pembelian rumah dan mobil, sebaiknya disepakati bersama.


c. Cara mendidik anak
Perbedaan sudut pandang suami dan isteri dalam mendidik anak dapat menimbulkan kebingungan pada anak, oleh karena itu sejak awal harus didiskusikan dan disepakati bersama. Sebaiknya anak sekolah dimana? Apa cukup sekolah negeri atau swasta, atau harus sekolah unggulan? Siapa yang akan mengambil rapor, dan diskusi dengan guru? Kursus atau les ekstra kurikuler apa yang sebaiknya diberikan kepada anak?
Dari pengalaman saya, anak-anak yang mempunyai masalah disebabkan karena cara pandang pendidikan yang berbeda diantara orangtua nya, atau pendidikan hanya diserahkan pada satu pihak saja, ayah saja atau ibu saja. Mempunyai anak adalah keinginan bersama, selayaknya pendidikan anak mendapatkan prioritas utama.
Jangan menunggu sampai anak bermasalah, sebaiknya orangtua mempunyai hubungan dekat dengan guru terutama wali muridnya, sehingga walimurid tak segan memberitahu jika ada masalah atau baru diperkirakan ada masalah yang menimpa anak kita. Pada umumnya guru sangat senang apabila orang tua ikut memperhatikan pendidikan anak, karena waktu guru untuk memonitor anak hanya terbatas pada jam sekolah.
Biasakan diskusi santai sambil menanyakan tentang sekolah, jika hal ini telah menjadi hal rutin, anak akan dengan senang hati menceritakan sendiri apa yang terjadi di sekolah, bahkan juga cerita tentang kenakalan dia dan teman-temannya. Diperlukan kematangan dan ketegaran hati orang tua untuk mendengarkan cerita anak, karena kadang-kadang mengecutkan hati kita. Apalagi kalau anak sudah mendekat dan berkata:” Ibu, tadi saya melakukan kesalahan…..” Rasanya perut langsung terasa mulas, tapi kita harus tetap tersenyum mendengarkan penjelasan anak, dan mencari solusinya. Biarpun anak bersalah, kita tak boleh hanya menyalahkan, tapi bantulah mencari solusi, sehingga anak kita tidak akan mencari jalan keluar pada orang lain yang belum tentu membantu menyelesaikan masalah.


d. Hubungan pekerjaan masing-masing
Banyak pasangan yang berantakan, karena suami isteri saling bersaing dalam karir. Harus disepakati, agar suami isteri saling mendukung dalam meniti karir. Jika suami mendapat tawaran melanjutkan pendidikan ke tingkat S2, demikian juga isteri mendapat tawaran pada kesempatan yang sama, harus dibicarakan dengan tenang, apakah hal tersebut mungkin, dan apa pengaruhnya terhadap anak. Suami isteri harus saling mendukung dalam karir masing-masing, namun perlu disepakati, bila anak mempunyai masalah, prioritas utama tetap untuk kepentingan anak.
Peraturan perusahaan (misal Bank) menyatakan, bahwa para pekerja harus bisa memegang rahasia perusahaan sampai dengan tahun tertentu setelah tidak bekerja di perusahaan tersebut. Bagaimanapun dekatnya hubungan suami isteri, tetap tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan, dan suami isteri harus bisa menghargai privacy masing-masing. Bila ini dijalankan, maka hubungan suami isteri akan makin erat, karena adanya saling menghormati dan menghargai posisi masing-masing.


e. Suami isteri tetap merupakan individu yang berbedat
Jangan pernah meminta suami atau isteri berubah sifat atau perilaku, karena perubahan yang dipaksakan akan berakibat tidak baik. Sejalan dengan perkembangan waktu, hubungan suami isteri yang kuat akan saling mempengaruhi, disini perubahan akan berjalan sedikit demi sedikit untuk saling menyesuaikan.
Suami atau isteri tetap harus mempunyai privacy dan bebas melakukan hobi masing-masing, sepanjang tidak mentelantarkan anak. Kebebasan ini tetap merupakan bebas yang bertanggung jawab, dan sebaiknya suami isteri memperkenalkan teman-teman nya pada pasangan masing-masing, sehingga tidak ada rasa kawatir jika suami atau isteri melakukan hobinya karena telah mengenal lingkungan teman dekatnya.
Ada baiknya suami atau isteri menyertai pasangan waktu melakukan hobi nya, namun jika hobi suami isteri berlawanan, hal ini malah menimbulkan kebosanan. Dengan adanya komunikasi yang mudah saat ini, suami isteri, bahkan anak-anak dapat melakukan hobi masing-masing dan bisa bertemu di tempat yang telah ditentukan untuk kemudian bisa makan bersama keluarga. Apabila suami atau isteri bahagia, ini akan membawa kebahagiaan dalam keluarga.

sumber : http://nustaffsite.gunadarma.ac.id

No comments:

Post a Comment

Generation Of Computer

↑ Grab this Headline Animator