Dibalik Kesuksesan


Meraih kesuksesan itu tidak mudah. Anda sepakat dengan pendapat ini. Jika ya, berarti Anda pun sejalan dengan saya. Karena faktanya, sebuah kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui sebuah jalan berliku. Penuh rintangan dan cobaan. Bahkan tak jarang, kesuksesan yang kita gapai tak dapat dinikmati dalam tempo yang lama. 

Dibawah ini, ada sejumlah kisah orang sukses mencapai kesuksesan. Mungkin kita belajar darinya.

Anda tentu kenal dengan Bill Gates bukan? tokoh besar dibalik mengguritanya korporasi dunia digital Microsoft Inc. Lahir di Seattle, 28 Oktober 1955 Bill gates muda (sekitar 13 tahun) sudah mahir membuat program komputer. Ia menekuni software microsoft nyaris tanpa libur pada tahun 1978-1984. Ia juga rela meninggalkan kuliahnya di Harvard University. Tahun 1970, Bill Gates pernah berujar "Computer on every desk anda every home". Ambisi ini pernah menjadi bahan tertawaan. Maklumlah, ketika itu orang belum bisa membayangkan komputer akan menjadi kebutuhan individu seperti jaman sekarang. Ditambah lagi, wujud komputer yang masih besar dan memerlukan ruangan yang cukup luas untuk menampungnya. Tetapi Gates tetap tidak peduli. Ia terus mengembangkan piranti lunaknya dan menjualnya ke beberapa perusahaan di AS ketika itu. Wal hasil, kini Microsoft menjadi perusahaan bidang IT kelas satu didunia.

Ada lagi cerita tentang kegigihan Putera Sampoerna, pemilik pabrik rokok yang terkenal lewat merek A-Mild. Putera Sampoerna merupakan anak ke-2 dari Liem Swie Ling (Aga sampoerna) dan cucu dari Liem Seeng Tee. Ketika pertama kali mengambil alih perusahaan HM Sampoerna tahun 1959 bersama Ayahnya, pabrik itu dalam keadaan bangkrut karena kalah bersaing dengan rokok linting mesin. Kemudian pada tahun 1965, Ayahnya mendirikan pabrik baru di Taman (Sidoarjo) dan Malang. Tahun 1970, Putera Sampoerna mulai mengembangkan rokok merek "A". Sayang, sebuah musibah besar terjadi ditahun 1979, pabrik yang berada di Taman habis terbakar. Tetapi, kejadian tersebut makin menjadikan perusahaan menjadi matang. Tahun 1982, Putera sampoerna mendirikan lab. kontrol di pabrik mereka yang baru di Rungkut Surabaya. Tujuannya : agar rokok produksinya memenuhi standar internasional.

Tahun 1989, untuk kali pertama dikenalkan produk "A-mild" yang saat ini menjadi salah satu andalan. Setahun kemudian, Sampoerna memutuskan diri menjadi perusahaan go-public. Ada satu catatan penting yang ditoreh Sampoerna dalam proses pencitraan diri, yakni dengan mengirimkan Marching Band ke Pasadena Amerika serikat, dimana 100% anggotanya merupakan buruk linting rokok (Imagine ! bukankah gagasan yang sangat orisinal dan hebat). Buah dari gebrakan-gebrakan itu menjadikan HM Sampoerna menjadi salah satu pemain rokok andal di dalam negeri. Saat ini sudah pindah tangan ke konglomerasi Philip Morris AS.

Ada lagi kisah tentang Renald Khasali. Seorang pakar manajemen, pembicara dan dosen di UI. Khasali kecil berangkat dari keterbatasan. Masa kecilnya penuh dengan keprihatinan. Tetapi untuk urusan sekolah, ia memilih yang benar-benar berkualiatas. Maka dipililah SD Tarakanita, SMP Van Berg, SMA Kanisius, Fak. Ekonomi UI serta University of Illinois AS. Pergaulannya sewaktu remaja dengan anak-anak "jet set" seringkali menjadikan konflik, karena ia melihat hal-hal yang berbeda. Tetapi lama-lama ia menjadi terbiasa melihat semua itu. Ia mengatakan "Keterbatasan menyebabkan saya dekat dengan teman-teman dan mereka berkenan meminjamkan bahan-bahan untuk belajar".

Dari luar negeri, ada teladan dari Matsushita Konosuke. Pendiri raksasa elektronika Matsushita Inc. dari Jepang. Konosuke muda mengawali karirnya sebagai pegawai toko sepeda. Ia juga tidak tamat sekolah dasar. Tetapi berkat ketekunan dan keuletan serta semangat belajar yang tinggi, ia muali membangun raksasa bisnisnya. Mula-mula ia membuat dan memasarkan sendiri lampu sepeda. Lantas berkembang menjadi lampu, radio, televisi, lampu senter bahkan pesawat dan kapal laut. Ketika reses terjadi di tahun 1939, Pabrik milik konosuke merupakan satu-satunya yang mampu bertahan di Jepang. Salah satu kuncinya adalah kecintaan Konosuke kepada karyawan-karyawannya. Ia selalu mengatakan "Sesulit apapun kondisi perusahaan kita, jangan mudah merumahkan karyawan". Oleh karenanya, pada saat Jepang kalah perang dengan sekutu dan semua pabrik yang pernah membantu pemerintah Jepang dalam perang di tutup oleh AS, Pabrik Konosuke (lagi-lagi) menjadi satu-satunya yang terselamatkan. Tahu kenapa ? berkat petisi ribuan karyawannya yang menginginkan agar Pak Konosuke tetap diperbolehkan membuka usaha. Luar biasa bukan?
Sejak tahun 1960-an, Pabrik Konosuke mulai mengembangkan sayap bisnisnya keluar negeri. Mereka muali membangun "warehouse" dikawasan Asia, Amerika dan Eropa. Salah satu merek yang paling terkenal adalah National. Nama ini ditemukan secara tak sengaja oleh Konosuke sendiri. Ketika itu, ia sedang dalam lawatan ke Amerika. Disela-sela kesibukannya, ia sempat membaca sebuah koran terbitan AS. Nah, disitulah terpampang kata-kata "national". "Hmm..nama yang bagus. National berarti menunjuk pada kebangsaan". Pikir Konosuke ketika itu.

Bagaimana? masih perlu cerita lagi. Saya kira kisah dari Bill gates, Putera samporna, Renald Khasali dan Konosuke sudah cukup memberikan gambaran pada kita bahwa kesuksesan diraih dengan etos kerja, semangat dan tentunya cita-cita yang membara. Itu saja !


sumber : http://hady82.multiply.com

No comments:

Post a Comment

Generation Of Computer

↑ Grab this Headline Animator